Ijtihad Fikih Peradaban: Relasi Agama dan Budaya dalam Hukum Keluarga di Indonesia

Ide kontekstualisasi  Fikih,  yakni  menetapkan  hukum-hukum  Fikih  berdasarkan konteks  memiliki  signifikansi  yang  positif.  Problematika  modernitas  yang  tidak  dapat dijawab  dengan  Fikih  klasik  secara  holistik  memberikan  ruang  baru  bagi  para ulama untuk  merumuskan  Fikih  yang  mampu  merespons   perkembangan   zaman.

Ada dua proyek  besar  dalam  diskursus  tersebut, yakni  pembaruan normativitas  Fikih  dan  pembaruan  ushul  Fikih  sebagai  metodologi  ijtihad. Diskursus pembaruan  ini  dapat  memperjelas  posisi  Fikih  kontemporer  terhadap  kajian  Fikih klasik.

Yusuf al-Qaradawi misalnya mengatakan bahwa Fikih kontemporer tidak hanya memberikan    solusi    terhadap    permasalahan-permasalahan    terkini, Namun    juga sekaligus  menjadi  review  kritis  kontruktif  terhadap  pembacaan  Fikih  klasik  dari  segi substansi  dan  metodologi.

Hal  tersebut  seperti  yang  diungkapkan  KH  Sahal  Mahfudh dalam  Fikih  sosialnya  bahwa  perlu  ada  pembacaan  ulang  teks-teks  Fikih  terhadap realitas baru di masyarakat yang semakin berkembang sehingga kemaslahatan sebagai tujuan dari agama dapat terealisasikan.[1]

Memahami Hukum Islam: Dari Teks ke Konteks

Pemahaman dan penerapan hukum Islam di negara-negara Arab (misalnya Arab Saudi), tidak harus sama dengan negara-negara muslim lainnya (misalnya Indonesia)”.[2] Lalu, dimanakah letak nilai-nilai Islam tersebut? Jawabannya adalah pada sumber utama yang datang kepada umat Islam melalui jalan risalah Muhammad Saw, yakni wahyu suci dari Allah swt, baik direct ataupun melalui wasilah (perantara) malaikat Jibril as.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll