Keistimewaan Ramadhan: Meraih Ampunan dan Keberkahan Ilahi

Bulan Ramadhan adalah bulan yang istimewa, mulia, dan agung. Keistimewaan bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan lainnya memiliki makna yang sangat dalam. Nilai istimewa dalam kehidupan mencakup kesehatan, ampunan dari dosa, serta kesempatan untuk meraih kesuksesan dan kesejahteraan sesuai petunjuk agama.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berpuasa secara rutin dapat meningkatkan kesehatan jantung, menurunkan risiko penyakit jantung koroner, serta membantu mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol. Manfaat puasa akan terasa optimal jika dilakukan dengan benar, bukan sekadar menahan lapar dan haus. Oleh karena itu, ibadah puasa sebaiknya diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup dan tidak hanya digunakan sebagai waktu untuk beristirahat berlebihan.

Salah satu keistimewaan bulan suci Ramadhan adalah sebagai bulan penuh ampunan. Manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa, yang sering kali mengganggu ketenangan hidup. Memasuki bulan Ramadhan, kita dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan berdoa agar Allah mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sungguh celaka orang yang berjumpa dengan bulan Ramadhan, kemudian Ramadhan itu berakhir dalam keadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala belum mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Tirmidzi)

Selain itu, bulan Ramadhan juga merupakan bulan yang mendidik manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik, termasuk dalam aspek ekonomi. Puasa mengajarkan kita untuk menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri di siang hari sesuai dengan ajaran agama.

Kekayaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia sejatinya hanyalah titipan yang harus disyukuri. Bentuk rasa syukur itu diwujudkan melalui sedekah dan kepedulian terhadap sesama. Seseorang tidak dapat dikatakan kaya tanpa membantu orang lain, begitu pula tidak dapat disebut sukses tanpa berkontribusi terhadap kesuksesan orang lain. Oleh karena itu, Ramadhan menjadi momentum untuk berbagi, membangun generasi yang lebih baik, serta mempersiapkan masa depan yang lebih cerah.

Dari perspektif akademik, bulan Ramadhan memiliki keistimewaan yang unik. Mengapa bulan Ramadhan dianggap istimewa atau tertinggi? Hal ini dikarenakan Ramadhan merupakan bulan kesembilan dalam kalender Qamariyah. Dalam konsep matematika, angka tertinggi adalah sembilan, yang melambangkan kesempurnaan. Setelah bulan Ramadhan, umat Islam merayakan Idul Fitri di bulan Syawal, bulan kesepuluh yang melambangkan penyempurnaan. Oleh sebab itu, seluruh umat Islam mengumandangkan takbir sebagai ungkapan kemenangan dan saling memaafkan.

Bulan Ramadhan selalu dinantikan kedatangannya dan dirindukan kepergiannya. Rasulullah menyebut bulan ini sebagai شهر عظيم (syahr ‘azhim) dan شهر مبارك (syahr mubarak). Kata “‘azhim” berarti agung, mulia, dan memiliki derajat tinggi, sedangkan “mubarak” berarti penuh keberkahan. Keberkahan ini merujuk pada sesuatu yang tampak kecil di mata manusia tetapi memiliki nilai yang sangat besar di sisi Allah SWT.

Keistimewaan bulan Ramadhan dapat dilihat dari berbagai keutamaannya yang tidak dimiliki bulan lain. Dalam bulan ini, umat Islam diwajibkan berpuasa sebulan penuh, Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk hidup, serta terdapat malam istimewa yaitu Lailatul Qadar. Selain itu, shalat tarawih dianjurkan dan pembayaran zakat diwajibkan sebagai bentuk kepedulian sosial. Ramadhan juga memiliki tiga fase utama, yaitu: awalnya merupakan rahmat, pertengahannya pengampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka.

Keberkahan bulan Ramadhan juga terlihat dalam peningkatan pahala bagi setiap amal ibadah yang dilakukan. Sebuah amalan sunnah di bulan ini setara dengan amalan wajib di bulan lain, sementara amalan wajib dilipatgandakan pahalanya hingga 70 kali lipat. Bahkan, ibadah di malam Lailatul Qadar memiliki nilai yang setara dengan ibadah selama seribu bulan (83 tahun 4 bulan). Memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa juga mendatangkan pahala yang sama dengan pahala orang yang berpuasa itu sendiri.

Selain keistimewaan tersebut, bulan Ramadhan juga mengajarkan nilai-nilai luhur, seperti:

  1. Kejujuran Puasa adalah ibadah yang bersifat personal, hanya Allah yang mengetahui apakah seseorang benar-benar menjalankannya dengan jujur. Orang yang jujur akan mendapatkan ketenangan dalam hidup dan dirindukan oleh Allah SWT serta sesama manusia. Rasulullah telah mencontohkan bahwa kejujuran akan membawa kebaikan, sedangkan dusta hanya akan mendatangkan kesulitan baik di dunia maupun di akhirat.
  2. Tanggung Jawab Berpuasa selama sebulan penuh merupakan amanah dari Allah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menghindari kebohongan, kedustaan, serta perbuatan tercela lainnya yang dapat mengurangi pahala puasa.
  3. Jiwa Pemaaf Bulan suci Ramadhan adalah saat Allah SWT membuka pintu ampunan bagi hamba-Nya yang bertobat. Oleh karena itu, orang yang berpuasa sebaiknya memiliki jiwa pemaaf, tidak menyimpan dendam, serta senantiasa berlapang dada dalam menghadapi perbedaan.
  4. Semangat Kebersamaan Ramadhan mengajarkan umat Islam untuk beribadah secara kolektif, seperti berbuka puasa bersama, shalat berjamaah, dan saling tolong-menolong dalam kebaikan. Allah mencintai hamba-Nya yang hidup dalam kerukunan dan bekerja sama untuk kemajuan umat.

Dengan keistimewaan bulan Ramadhan tersebut, dapat dipahami bahwa puasa bukan sekadar ritual tahunan, melainkan metode pelatihan diri untuk meningkatkan ketakwaan, kesabaran, dan kepedulian sosial. Keberkahan ini membawa dampak positif bagi kehidupan yang lebih aman, damai, dan bahagia bersama keluarga serta masyarakat. Puasa yang dilakukan dengan baik akan menjaga diri, keluarga, dan aset kita, sehingga hidup kita selalu berada dalam jalan yang diberkahi oleh Allah SWT.

Melalui keistimewaan Ramadhan, mari kita tingkatkan kualitas iman, ketakwaan, dan ilmu pengetahuan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an. Dengan begitu, kehidupan kita akan lebih tercerahkan dan bermakna, serta berkontribusi dalam membangun kota Manado dan Sulawesi Utara sebagai pusat peradaban yang religius.

Wallahu a’lam bishawab.

Penulis:
Prof. Dr. Muh. Idris Tunru, M.Ag
(IAIN Manado)

Editor:
Rafiud Ilmudinulloh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll