Tradisi merupakan cerminan dari nilai-nilai, kepercayaan, dan sejarah suatu kelompok masyarakat. Di Indonesia, terdapat berbagai macam tradisi yang masih dijaga dengan baik.
Tradisi merupakan sarana bagi suatu kelompok masyarakat untuk mengekspresikan nilai-nilai, kepercayaan, sejarah, dan identitas budaya mereka. Hal ini melibatkan beragam praktik dan ritual yang dilakukan dalam konteks tertentu dan memiliki makna yang khusus bagi kelompok tersebut.
Di samping itu, tradisi juga memiliki beberapa ciri khas, seperti jadwal pelaksanaan yang telah ditetapkan dan prosedur yang harus diikuti. Meskipun beberapa tradisi mungkin terlihat kuno, mereka tetap dijaga dan dihormati oleh generasi muda sebagai cara untuk mempertahankan dan merayakan akar dan nilai-nilai kelompok mereka.
Tradisi keagamaan merupakan salah satu jenis tradisi yang paling umum di seluruh dunia. Tradisi ini melibatkan praktik keagamaan, ritual, dan upacara yang diikuti oleh para penganut agama.Setiap agama memiliki tradisi keagamaan yang khas dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Contoh tradisi keagamaan di Indonesia mencakup halal bi halal setelah Idul Fitri, sekaten, grebeg besar Demak, upacara ngaben, dan tahlilan. bulan suci dalam agama Islam di mana umat Muslim berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam.
Bulan Ramadhan memiliki makna yang mendalam bagi umat Muslim, di mana mereka berusaha meningkatkan ibadah, kebaikan, dan introspeksi diri. Selama bulan ini, umat Muslim juga berkomitmen untuk meningkatkan hubungan dengan Allah dan memperkuat hubungan sosial dengan sesama umat Muslim. Bulan Ramadhan juga dianggap sebagai waktu yang penuh berkah, di mana pahala ibadah di lipat gandakan.
Tradisi-tradisi yang dilakukan selama bulan Ramadhan di antaranya adalah:
- Puasa: Umat Muslim menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadhan, di mana mereka menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas yang membatalkan puasa mulai dari fajar hingga matahari terbenam.
- Sahur dan Iftar: Sahur adalah makanan yang dikonsumsi sebelum fajar sebagai persiapan untuk puasa sepanjang hari. Iftar adalah waktu berbuka puasa saat matahari terbenam, di mana umat Muslim berkumpul untuk berdoa dan membagi makanan bersama.
- Tarawih: Tarawih adalah salat berjamaah yang dilakukan setelah salat Isya’ selama bulan Ramadhan. Biasanya, umat Muslim melaksanakan tarawih di masjid atau di rumah bersama keluarga.
- Tilawah Al-Quran: Selama bulan Ramadhan, umat Muslim berusaha untuk membaca dan mempelajari Al-Quran lebih banyak. Banyak yang mengadakan khataman Al-Quran, yaitu menyelesaikan membaca seluruh Al-Quran dalam bulan Ramadhan.
- Sedekah: Bulan Ramadhan juga menjadi waktu yang sangat dianjurkan untuk bersedekah dan berbagi dengan sesama. Umat Muslim sering memberikan sumbangan kepada yang membutuhkan dan melakukan amal kebajikan lainnya.
- Qiyamul Lail: Qiyamul Lail adalah ibadah sunnah yang dilakukan di malam hari selama bulan Ramadhan. Umat Muslim bangun di tengah malam untuk beribadah, membaca Al-Quran, berdoa, dan melakukan dzikir.
- Itikaf: Beberapa umat Muslim melaksanakan itikaf, yaitu mengisolasi diri di masjid untuk beribadah intensif selama beberapa hari terakhir bulan Ramadhan.
- Makanan Khas: Selama bulan Ramadhan, ada juga makanan khas yang sering disajikan seperti kolak, bubur lambuk, takjil, dan hidangan lezat lainnya yang menjadi tradisi dalam menyambut berbuka puasa.
- Tradisi-tradisi ini bervariasi di berbagai budaya dan negara, tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan ibadah, kebaikan, dan mendekatkan diri kepada Allah selama bulan Ramadhan.
Selain tradisi di bulan ramadhan ada tradisi untuk menyambut Idul fitri, salah satunya yang ada di Daerah Bolaang Mongondow raya.
Bolaang Mongondow merupakan salah satu wilayah di Sulawesi Utara. Bolaang Mongondow Raya merupakan daerah di Sulawesi Utara yang memiliki umat muslim paling banyak, Agama Islam telah ada di Bolaang Mongondow sejak abad ke-18 dan menjadi agama mayoritas bagi penduduknya.
Pada masa itu, agama yang dianut oleh Raja juga menjadi agama rakyat, sehingga ketika Raja memeluk agama Islam, masyarakat juga mengikutinya. Pengaruh ini masih terasa hingga saat ini, dengan mayoritas penduduk Kotamobagu menganut agama Islam.
Tradisi dan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi masih tetap dilestarikan dan dijalankan hingga saat ini di Bolaang Mongondow Raya. Salah satu contohnya adalah tradisi pasang lampu atau monuntul.
Monuntul berasal dadi kata Tuntul, Tuntul dalam bahasa Mongondow purba, sebenarnya merujuk pada lampu yang dipasang dan tidak pernah dimatikan kecuali jika mati sendiri. Inilah yang dikenal sebagai tuntul.
Budaya tuntul sebenarnya mengikuti kebiasaan yang berasal dari leluhur Bolaang Mongondow sebelum adanya tuntul ini. Sebelum agama masuk ke Bolaang Mongondow, masyarakat memiliki kebiasaan tertentu. Ketika akan pindah ke rumah baru atau menempati sebuah rumah, tradisinya adalah memasang lampu di sana dan menjaganya sepanjang malam tanpa tidur sebelum seluruh keluarga menempati tempat tersebut.
Menuntul Menjadi bagian dari refleksi diri manusia yang gelap akibat dosa, namun kembali menjadi terang (diampuni dosa-dosa) sebagai hasil dari puasa Ramadan.
Tradisi Monuntul diadakan selama tiga malam terakhir bulan Ramadan, yaitu pada malam ke-27 hingga ke-29. Ketika sudah memasuki malam ke 25 di pasar yang ada di BMR sudah mulai menjual lampu Botol yang di gunakan pada tradisi monuntul, biasanya lampu dijual 5-10 ribu rupiah per botol.
Selain itu, bahwa tradisi Monuntul juga terdapat di Gorontalo dengan nama Tumbilotohe. Jika diterjemahkan, “tumbilo” berarti pasang dan “tohe” berarti lampu, sehingga maknanya serupa dengan Monuntul, yaitu pasang lampu.
Dengan demikian, Monuntul di Bolaang Mongondow dan Tumbilotohe di Gorontalo sebenarnya adalah tradisi yang sama, hanya dengan penamaan versi daerah masing-masing. Di Gorontalo, tradisi ini diyakini bermula pada awal masuknya agama Islam ke daerah tersebut, yaitu pada abad ke-16 M.
Apabila melihat peta penyebaran Islam di Bolaang Mongondow, tidaklah mengherankan bahwa terdapat kesamaan antara Monuntul dan Tumbilotohe. Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa penyebaran agama Islam di Bolaang Mongondow melibatkan jaringan ulama dari Gorontalo.
Menurut teori difusi budaya, ketika kelompok masyarakat berpindah ke wilayah baru, mereka secara otomatis membawa pengaruh budaya asal mereka ke wilayah yang mereka tempati. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terdapat kesamaan dalam budaya dan tradisi Islam antara Gorontalo dan Mongondow, seperti halnya Monuntul dan Tumbilotohe.
Pada awal abad ke-19 M, tercatat bahwa di Lipung Simboy Tagadan (sekarang Motoboi Kecil, Kota Kotamobagu), terdapat kelompok masyarakat yang telah memeluk agama Islam. Penyebaran agama Islam di wilayah ini dipelopori oleh jaringan ulama dari Gorontalo yang dipimpin oleh Imam Tueko.
Dari Lipung Simboy Tagadan, Islam kemudian menyebar ke lipung-lipung (desa atau dusun-dusun) di sekitarnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika corak ke-Islaman Gorontalo turut memberikan pengaruh pada budaya dan tradisi Islam yang terbentuk di daerah ini.
Tadi itu adalah ringkasan tentang tradisional monuntul yang ada di Bolaang Mongondow raya selain tradisional monuntul masih banyak lagi tradisi yang ada di Tanah Totabuan.
Penulis: Nuraini Citra Dewi Enus
Mahasiswa PAI6A IAIN Manado