اَلْـحَمْدُ لله … اَلْـحَمْدُ لله الَّذِى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ اْلـمُشْركُوْنَ أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ الله أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ اْلـمُتَّقُوْنَ.
Kita banyak bersyukur kepada Allah, dengan anugerahnya kita diberi kesehatan dan kekuatan, sehingga kita dapat berkumpul di masjid ini, dalam rangka menunaikan shalat jumat berjamaah. Shalawat dan salam, kita persembahkan kehadapan ikutan kita, Rasulullah Muhammad SAW, yang telah mengeluarkan umatnya dari kegelapan kepada yang terang benderang.
Jamaah Jum’at Rahimakumullah.
Keinginan manusia akan harta benda, kemewahan, dan kesenangan dunia, menjadi impian semua orang yang hidup di dunia ini. Semua manusia, siapapun dia, akan selalu berusaha mencari kesenangan dunia tersebut, walau bagaimanapun caranya.
Halal dan haram kadang kala tidak lagi diperdulikan, hak-hak orang lain kadang diabaikan, hanya untuk mengejar keuntungan dunia semata. Inilah gambaran dari sikap hidup tamak atau serakah, yang diingatkan oleh Allah melalui firmanNya dalam QS. Al-Hadid/57: 20
اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌ ۗوَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ ٢٠
Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya.
Peringatan Tuhan ini memberi isyarat kepada kita semua, agar selalu berhati-hati dalam mengejar dunia, karena semuanya pasti akan ditinggalkan.
Pertanyaannya adalah, apakah tidak boleh umat Islam menjadi orang kaya?. Tentu kita semua akan menjawab, boleh.
Permasalahan kita sekarang adalah, banyak manusia yang keliru memahami, seakan kehidupan dunia adalah kehidupan yang abadi, tanpa menghiraukan kehidupan sesudahnya, yakni kehidupan dan kesenangan abadi di akhirat nanti. Dengan pemahaman yang keliru inilah, sehingga sikap tamak akan dunia menjadi amalan manusia setiap harinya.
Sebagai bukti bahwa kita telah dirasuki penyakit tamak ini, silahkan kita semua bermuhasabah, melihat pada diri kita masing-masing, tidak perlu melihat orang lain, apakah penyakit tamak tersebut ada dalam diri kita atau tidak.
Sebagai bukti bahwa sikap tamak sudah ada dalam diri kita adalah, bahwa kecintaan terhadap harta yang telah dimiliki sangatlah besar. Semangat untuk mencari harta sangatlah kuat, sehingga tidak lagi memperhatikan waktu dan bahkan kondisi fisik sendiri.
Siang dan bahkan sampai malam, terus bekerja, hanya untuk mengejar dunia. Orang yang telah memiliki harta yang banyak, akan semakin hemat dalam membelanjakan hartanya, dan semakin berat mengeluarkan hartanya untuk kepentingan agama dan kemanusiaan.
Dia menjadi sangat sibuk sehingga urusan-urusan kemasyarakatan, urusan keagamaan dan urusan kebangsaan, tidak lagi dihiraukannya. Ini semua menjadi bukti atau pertanda, bahwa kita sesungguhnya sedang dihinggapi dengan penyakit tamak.
Jika ciri-ciri tersebut telah ada dalam diri kita masing-masing, segeralah merenung diri, segeralah menghitung diri kita, apalah gunanya kita bersusah payah mengumpulkan harta benda, apalah artinya kita bekerja siang dan malam tanpa henti, sementara semua yang kita cari akan ditinggalkan..?.
Andai harta yang kita tinggalkan digunakan oleh anak cucu kita untuk kepentingan agama dan hal-hal yang berguna, mungkin kita juga akan merasakan aliran pahalanya.
Tapi jika sebaliknya, harta yang kita tinggalkan digunakan untuk kepentingan kesenangan dunia, digunakan untuk berbuat maksiat, maka kitapun akan merasakan akibat dari perbuatan anak cucu kita nanti.
Alangkah ruginya kita manusia, bekerja bersusah payah mengumpulkan harta, ternyata bukan untuk dinikmati di dunia, apalagi dinikmati untuk kehidupan yang abadi, yakni kehidupan akhirat nanti.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah.
Marilah kita dengarkan peringatan Allah berikutnya dalam QS. Al-Baqarah/2: 96,
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ ٩٦
Engkau (Nabi Muhammad) sungguh-sungguh akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi) sebagai manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) daripada orang-orang musyrik. Tiap-tiap orang (dari) mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Marilah dengan sisa umur yang kita miliki, kita gunakan untuk sebesar-besarnya mengumpulkan bekal untuk kehidupan abadi nanti, dan sebaik-baik bekal disisi Allah adalah bekal Taqwa. QS. Al-Baqarah/2: 197:
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ ١٩٧
Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.
Semoga Allah SWT melimpahkan kasih dan sayangnya kepada kita semua, agar kita mendapatkan keselamatan dunia akhirat. Amin ya rabbal alamin.
اَلْخـُطْبَةُ الثَّانِيَةُ
اَلْـحَمْدُ للهِ… اَلْـحَمْدُ للهِ الَّذِى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ اْلـمُـشْركُوْنَ أَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلـهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهْ اِتَّقُواالله حَقَّ تُقَاتِهِ وَسَارِعُوْا فِى مَرْضَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا فَقَالَ مُخْبِرًا وَآمِرًا إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .. وَارْضَ اللّهُمَّ عَلَى أَرْبَعَةِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ سَادَاتِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِىٍّ وَعَلَى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلـمُسْلِمَاتِ وَاْلـمُؤْمِنِيْنَ وَاْلـمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِاْلـخَيْرَاتِ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ أَللّهُمَّ اهْدِنَا بِهُدَاكَ وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ يُسَارِعُ بِرِضَاكَ وَلَا تُوَلِّنَا وَلِيًّا سِوَاكَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِمَّنْ خَالَفَ أَمْرَكَ وَعَصَاكَ وَحَسْبُنَا اللهَ وَنِعْمَ اْلوَكِيْل وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلاَّ باِاللهِ اْلعَلِىِّ اْلعَظِيْمِ.
اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلغَلَاءَ وَاْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَاْلفَحْشَاءَ وَاْلـمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ اْلـمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَاْلِمحَنَ مَا ظَهَرَ مِنَّا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ اْلـمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهْ .. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلـمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُواالله اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُــــــــوْنَ.
Penyusun Naskah Khotbah:
Dr. Adri Lundeto, M.Pd.I (Dosen IAIN Manado)