JALAN MENDAKI, JALAN MEMERDEKAKAN (FAKKU RAQABAH)

اَلْـحَمْدُ لله … اَلْـحَمْدُ لله الَّذِى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ اْلـمُشْركُوْنَ  أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ الله أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ اْلـمُتَّقُوْنَ.

Jamaah Jum’at Rahimakumullah.

Hidup adalah pilihan, pilihan untuk memilih yang hak atau yang batil, memilih yang baik atau yang buruk, memilih surga atau neraka. Sejak manusia diciptakan oleh Allah, potensi memilih tersebut telah ada dalam setiap diri manusia, sebagaimana disebutkan dalam QS. At-Taghabun/64: 2.

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَّمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ ٢

Dialah yang menciptakan kamu, lalu di antara kamu ada yang kafir dan ada yang mukmin. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Potensi kafir atau ingkar terhadap ketentuan Tuhan, maupun potensi mukmin atau percaya dalam diri seseorang, sudah ada sejak manusia itu diciptakan oleh Allah, sehingga pilihannya hanya dua, percaya atau ingkar.

Menjadi orang yang ingkar terhadap Tuhan adalah perbuatan yang sangat mudah dilakukan oleh manusia, apalagi jika manusia tersebut tidak pernah mau belajar tentang agamanya. Sebaliknya menjadi orang yang percaya, menjadi mukmin yang taat terhadap Tuhannya, adalah perbuatan yang amat berat dan merupakan jalan mendaki yang terjal bagi manusia. Hal ini disebutkan dalam QS. Al-Balad/90: 10-13,

وَهَدَيْنٰهُ النَّجْدَيْنِۙ ١٠ فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ ۖ ١١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الْعَقَبَةُ ۗ ١٢ فَكُّ رَقَبَةٍۙ ١٣

serta Kami juga telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)? Maka, tidakkah sebaiknya dia menempuh jalan (kebajikan) yang mendaki dan sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (Itulah upaya) melepaskan perbudakan.

Perbudakan yang dipahami oleh kita hari ini adalah perbudakan dengan melakukan intimidasi, mengambil hak-hak orang lain dengan paksa, dan menjadikan orang lain sebagai manusia dengan kasta terendah dan hina. Sesungguhnya pemahaman seperti ini tidaklah keliru, sebab hal ini memang banyak terjadi di tengah masyarakat kita.

Namun ada satu hal yang perlu kita pertimbangkan untuk memaknai perbudakan yang sesungguhnya sebagai jalan mendaki dan sukar dilakukan oleh manusia, yakni perbudakan dalam diri kita sendiri, dengan mengikuti kehendak hawa nafsu yang sulit untuk dikendalikan. Tanpa kita sadari, ternyata setiap hari kita semua ditunggangi oleh kehendak hawa nafsu kita sendiri.

Tanpa kita sadari, kita semua telah terjebak dalam nafsul lawwamah atau menyesali diri dan nafsul ammarah yakni nafsu yang selalu mengajak untuk berbuat hal-hal yang bururk. Kita semua  suka iri terhadap orang lain, suka membenci tanpa alasan yang jelas, sangat mudah marah dan sulit dikendalikan, mudah sekali tersinggung, tidak mau kalah jika berdebat, tidak mau direndahkan oleh orang lain, dan lain sebagainya, yang sekali lagi, tanpa kita sadari ini semua sering terjadi dalam diri kita masing-masing.

Jika pemahaman sebelumnya perbudakan dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, maka perbudakan dalam kesempatan khotbah kali ini, lebih menekankan pada pemahaman perbudakan yang terjadi dalam diri sendiri.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Inilah sesungguhnya alasan penting mengapa para Aulia dan Anbiya itu diutus oleh Allah ke permukaan bumi ini, agar dapat memberikan pekabaran kepada umat manusia, dan dapat menunjukkan jalan lurus yang diridhai oleh Allah, agar mencapai keselamatan di dunia dan juga keselamatan di akhirat.

Jalan lurus yang diajarkan oleh para Aulia dan Anbiya, merupakan jalan mendaki dan sukar, karena imbalannya juga adalah kesenangan yang tiada tara.

Jika petunjuk Allah melalui para Aulia dan Anbiya kita  ikuti, maka kita akan terbebas dari belenggu hawa nafsu tersebut, sebagai perbudakan yang sesungguhnya dalam kita sendiri. Manusia tidak pernah mengetahui dan menyadari, mengapa dia suka marah, suka tersinggung, suka iri dan lain sebagainya. Penyebabnya tidak pernah dia ketahui, apalagi cara untuk mengendalikannya.

Sehebat apapun manusia, bahkan semua ayat, hadits dan berbagai teori telah dihafalnya, namun ketika dia marah, tidak ada seorangpun yang sanggup mengendalikan amarahnya, termasuk dirinya sendiri.

Rahasia tentang kejadian diri manusia, hanya Allah dan Rasulnya yang mengetahui, sebab Allahlah yang menciptakan manusia. Allahlah yang Maha Mengetahui tentang ciptaanNya, dan Maha Mengetahui, bagaimana manusia itu agar terbebas dari belenggu hawa nafsu. Dialah yang mengetahui rahasi penciptaan, sehingga Dia pula yang mengathui cara mengendalikannya.

Mintalah kepada Allah, raihlah bimbingan dan petunjukNya, bukan bimbingan dan petunjuk manusia yang rapuh dan lemah.

Andalkan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan kita, jangan pernah merasa tau dan bisa melakukan sesuatu. Tanpa ijin dan restu dariNya, sesungguhnya manusia tidak dapat melakukan apa-apa.

Marilah senantiasa kita tingkatkan pemahaman agama ini, agar kita semakin dekat dengan Tuhan, semakin dekat dengan petunjukNya, dan semoga mencapat keselamatan di hari akhir nanti. Amiin ya rabbal alamin.

اَلْخـُطْبَةُ الثَّانِيَةُ

اَلْـحَمْدُ للهِ… اَلْـحَمْدُ للهِ الَّذِى أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ اْلـمُـشْركُوْنَ  أَشْهَدُ اَنْ لَّا اِلـهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهْ اِتَّقُواالله حَقَّ تُقَاتِهِ وَسَارِعُوْا فِى مَرْضَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ قَدِيْمًا فَقَالَ مُخْبِرًا وَآمِرًا إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .. وَارْضَ اللّهُمَّ عَلَى أَرْبَعَةِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ سَادَاتِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِىٍّ وَعَلَى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلـمُسْلِمَاتِ وَاْلـمُؤْمِنِيْنَ وَاْلـمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِاْلـخَيْرَاتِ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ أَللّهُمَّ اهْدِنَا بِهُدَاكَ وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ يُسَارِعُ بِرِضَاكَ وَلَا تُوَلِّنَا وَلِيًّا سِوَاكَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِمَّنْ خَالَفَ أَمْرَكَ وَعَصَاكَ وَحَسْبُنَا اللهَ وَنِعْمَ اْلوَكِيْل وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلاَّ باِاللهِ اْلعَلِىِّ اْلعَظِيْمِ.

اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلغَلَاءَ وَاْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَاْلفَحْشَاءَ وَاْلـمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ اْلـمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَاْلِمحَنَ مَا ظَهَرَ مِنَّا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ اْلـمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ.

رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهْ .. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلـمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُواالله اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُــــــــوْنَ.

Penyusun Naskah Khotbah:
Dr. Adri Lundeto, M.Pd.I (Dosen IAIN Manado)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll