Di dalam al-Qur’an banyak sekali pertanyaan retorik tentang apakah sama orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu? Apakah sama orang buta dengan orang yang melihat? Apakah sama cahaya dengan kegelapan?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat jelas: tidak sama! Orang berilmu mampu menerangi dirinya dan orang lain dengan ilmunya, sedangkan orang bodoh tidak mampu menerangi dirinya sendiri, apalagi menerangi orang lain. Bahkan, bisa jadi dia menyesatkan dirinya, dan sangat mungkin juga menyesatkan orang lain karena kebodohannya.
Ya, kaya ilmu akan menjadikan seseorang lebih arif, bijak dan tenang menghadapi pelbagai persoalan hidup. Karena dia sangat yakin bahwa setiap persoalan pasti ada solusinya.
Orang yang kaya ilmu memiliki seribu satu cara dalam menghadapi persoalan. Dia selalu melihat peluang di setiap masalah yang dihadapi. Sedangkan orang yang miskin ilmu, selalu kehabisan cara dalam menghadapi setiap persoalan yang menimpanya. Dia selalu melihat banyak masalah dalam setiap peluang yang hadir di hadapannya.
Kaya ilmu sangat mulia, miskin ilmu sangat hina. Allah Swt. mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Rasulullah Saw pun secara tegas mengatakan, “Jadilah orang yang berilmu dan jangan menjadi orang yang bodoh.”
Aktivitas ibadah yang kita lakukan, seperti shalat, tadarrus al-Qur’an, puasa, zakat, haji serta ibadah-ibadah lainnya, tidak akan bernilai apa-apa jika kita tidak memiliki ilmu tentang tata cara pelaksanaan (kaifiyyat) ibadah-ibadah tersebut.
Kehidupan kita di dunia ini, serta kehidupan di akhirat kelak hanya akan berakhir dengan penyesalan dan kekecewaan, jika kita menjalaninya tanpa ilmu.
Hidup di dunia ini perlu ilmu. Hidup di akhirat kelak pun perlu ilmu. Hidup di dunia-akhirat perlu ilmu. Ilmu adalah cahaya yang akan menyinari pribadi seseorang dalam hidupnya, di dunia ini dan di akhirat nanti.
Penulis: Dr. Didi Junaedi, M. A.
(Dosen Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon)