Kemuliaan seseorang di hadapan Allah Swt. tidak dilihat dari kekayaan, popularitas ataupun jabatan yang disandangnya, tetapi ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Demikian dijelaskan dalam Q.S. Al-Hujurat ayat ke-13.
Atas dasar firman Allah tersebut, maka tidak ada alasan bagi kita untuk memandang rendah atau menganggap remeh orang lain. Setiap orang sama kedudukannya di hadapan Allah Swt., hanya ketakwaanlah yang membedakannya.
Suatu ketika, Rasulullah Saw. tengah duduk dan berbincang serius dengan para pemuka Quraisy. Beliau sangat berharap para pembesar Quraisy itu akan tergerak hatinya untuk masuk Islam setelah beliau sampaikan dakwah kepada mereka. Di tengah perbincangan yang serius itu, tiba-tiba datang seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Dia meminta Rasulullah Saw. untuk mengajarkan kepadanya tentang Islam.
Rasulullah Saw. yang tengah menyampaikan dakwah kepada para pembesar Quraisy tersebut mengacuhkan kehadiran Abdullah bin Ummi Maktum, dengan bermuka masam seraya memalingkan wajahnya. Di saat itulah Allah Swt. langsung menegurnya dengan menurunkan wahyu berupa Surat ‘Abasa dari ayat ke-1 sampai ke-11 sebagai berikut:
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).
Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan.” (Q.S. ‘Abasa: 1-11)
Pesan Moral:
Peristiwa yang dialami Rasulullah Saw. tersebut, hingga akhirnya menyebabkan turunnya Surat ‘Abasa ayat 1-11 menunjukkan bahwa Allah Swt. tidak senang kepada hamba-Nya yang menganggap rendah orang lain. Sikap Rasulullah Saw. yang mengacuhkan, bermuka masam, bahkan berpaling dari Abdullah Bin Ummi Maktum, dan lebih memilih untuk berbicara dengan para pembesar Quraisy adalah salah satu bentuk sikap merendahkan orang lain.
Untuk itu, kemudian Allah Swt. langsung menegurnya dengan menurunkan rangkaian ayat pada surat ‘Abasa tersebut.Dari peristiwa tersebut, kita dapat mengambil sebuah pelajaran, bahwa kita tidak diperkenankan untuk merendahkan orang lain.
Tidak alasan bagi kita untuk meremehkan orang lain. Karena, setiap manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah Swt., hanya tingkat ketakwaanlah yang membedakannya.
Oleh: Dr. Didi Junaedi, M. A.
(Dosen Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon)