Tirakat Untuk Ilmu

Penulis : Anis Fitrohatin

Santri sudah terbiasa familiar dengan kata Tirakat, Tirakat berasal dari kata Thariqoh yang berarti jalan menuju Ridho Allah. Tirakat biasa dilakukan oleh santri bahkan seorang guru, ustadz kiyai di Pesantren yang telah terbiasa melakukan Tirakat. Bahkan juga biasa dilakukan oleh ulama terdahulu yang malah lebih ekstrem dari pada santri zaman sekarang. Pada jaman dahulu ada tirakat mutih, tirakat mengurangi waktu tidur, dll

Tirakat merupakan kegiatan menahan diri atau menahan kesenangan dunia demi mencapai kebaikan Ukhrawi.

Ada pesan seorang Guru kepada murid-muridnya, “Tirakatlah kalian di dunia, tirakatlah sesuai kemampuan kalian!,”. Maksud sesuai kemampuan yakni jika mampu berpuasa maka laksanakanlah puasa dan diutamakan puasa Daud untuk nirakati Ilmu, jika tidak mampu berpuasa maka berdzikirlah membaca Sholawat atas Nabi SAW 1000 kali atau lebih, jika tidak mampu berdzikir banyak maka qiyamul lail, jika tidak mampu qiyamul lail maka membaca Al-Qur’an dengan target cepat khatam, dan yang paling sulit ialah tirakat meninggalkan Maksiat (ترك المعاصي) apalagi jika diterapkan pada zaman sekarang ini. Dan yang terpenting adalah Istiqomahnya yaitu konsisten pelaksanaan tirakatnya.

Tirakat bisa dikatakan membawa keberkahan (زيادة الخير), jika para santri maupun thalabul ilmi istiqomah melakukan Tirakat biasanya akan mendapat hal di luar nalar seperti keberkahan yang tidak terpikirkan sebelumnya. Semuanya tergantung niat kita masing-masing jika niatnya tidak neko-neko Insya Allah akan membawa berkah. Sesuai Hadits Nabi yang berbunyi إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ (Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya)

Terdapat cerita dari seorang santri yang istiqomah puasa Daud dia merasa mendapat keberkahan terhadap ilmunya sehingga dia sering dimintai bantuan mengajar Nahwu oleh Ustadznya padahal menurut dia belum terlalu mumpuni dalam hal ilmu Nahwu namun orang lain menganggap dirinya mampu dalam hal tersebut. Dimintai tolong oleh seorang guru merupakan hal yang istimewa di kalanagan santri. Ada pula dulu seorang santri yang istiqomah membantu teman sejawat atau teman seniornya di pesantren untuk membelikan makanan maka dia mendapatkan keberkahan memiliki seorang khodam ketika ia telah berkeluarga.

Sering pula seseorang yang sukses ditanyai apa yang ia kerjakan dahulu sehingga mencapai kesuksesan hingga titik ini, itu karena tanpa sadar hidup tirakat seperti qana’ah, istiqamah bersedekah, berpuasa atau bahkan karena tirakat orang tuanya untuk kesuksesan anak-anaknya. Wallahu a’lam bish-shawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll