Sahabat Religi, berteman atau bersahabat dengan siapapun adalah untuk saling memberi dan menerima kebaikan. Bertemanlah untuk saling memberi kebaikan, bertemanlah untuk saling mendoakan, bukan berteman untuk saling menjelekkan. Persahabatan tidak boleh lekang oleh hal-hal kecil yang dapat merusaknya. Sebaliknya, persahabatan harus dikuatkan oleh hal-hal kecil yang dialami. Kisah dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melinatasi gurun pasir layak menjadi pelajaran. Di tengah perjalanan kedua sahabat ini bertengkar dan salah seorang tanpa dapat menahan diri langsung menampar pipi sahabatnya. Orang yang kena tampar itu merasa sakit hati, namun dengan tanpa berkata-kata ia berpaling menjauh sejenak menenangkan diri dan ia menuliskan di atas pasir:
“hari ini, sahabat terbaikku menampar pipiku”.
Mereka terus berjalan bersama, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar tadi mencoba berenang untuk menyejukkan diri dan hatinya, ia berendam tapi ternyata oasis itu cukup dalam sehingga ia nyaris saja tenggelam. Untung saja ia diselamatkan sahabatnya yang tadi menamparnya. Ketika dia mulai tenang dan rasa takutnya nyaris tenggelam sudah mulai hilang, dia memahatkan tulisan di atas batu:
“Hari ini, sahabat terbaikku menyelamatkan nyawaku”.
Sahabatnya pun bertanya. “Mengapa setelah saya menamparmu, menyakitimu, kau menulis di atas pasir dan sekarang saat saya menyelamatkanmu dari tenggelam, kau menulis di atas batu?”. Sahabatnya menjawab. “Saya menulis sesuatu yang menyakitkan di atas pasir, agar angin maaf datang berhembus dan dapat menghapus tulisan itu dengan mudah, sedangkan kebaikanmu menolongku harus ku pahat di atas batu agar terus terkenang dan tak kan terhapus oleh waktu”. –
Sahabat Religi, menghargai dan mengingat kebaikan orang lain akan lebih baik bagi kita dibanding mengingat dan menyimpan perbuatan buruk orang lain. Ingatlah sekecil apapun perbuatan baik orang lain dan lupakan dan maafkan kesalahannya, apalagi dia adalah sahabat atau bahkan keluarga kita. (MU).
Sumber: Membumikan Pendidikan Nilai – Zaim elMubarak.